Ronda Rousey adalah salah satu sosok paling berpengaruh dalam sejarah Mixed Martial Arts (MMA), seorang atlet yang tidak hanya mengubah wajah olahraga ini, tetapi juga menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Perjalanan Ronda, yang awalnya dimulai di dunia judo, mengarah pada transformasi luar biasa yang membuatnya menjadi juara UFC pertama yang tak terbantahkan. Artikel ini akan menggali cerita tentang kebangkitan dan transformasi Ronda Rousey, dari awal kariernya yang penuh perjuangan hingga mencapai puncak kejayaannya sebagai ikon global.
Awal Mula di Dunia Judo
Ronda Rousey lahir pada 1 Februari 1987 di Riverside, California. Sejak kecil, Ronda menunjukkan minat dan bakat yang luar biasa dalam olahraga. Ibunya, AnnMaria De Mars, adalah seorang juara dunia judo, dan dia mengajarkan Ronda teknik-teknik dasar judo sejak usia dini. Ronda tumbuh besar dengan harapan tinggi dari ibunya dan menjadi sangat terfokus pada judo.
Pada usia 11 tahun, Ronda menjadi orang termuda yang pernah memenangkan kejuaraan judo di negara bagian California. Semangat dan dedikasinya membawanya untuk mewakili Amerika Serikat di Olimpiade Sydney 2000, ketika dia berusia hanya 14 tahun. Meski gagal meraih medali, pengalaman tersebut membentuk mental juaranya. Ronda akhirnya meraih medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008 di kategori judo, yang menandai puncak prestasinya di dunia judo.
Namun, setelah Olimpiade Beijing, Ronda merasa bahwa judo telah mencapai batasnya. Dunia judo yang penuh politik dan kurangnya peluang komersial membuatnya mencari tantangan baru yang lebih besar dan lebih menarik. Itu adalah titik balik yang mengarahkannya menuju dunia MMA.
Peralihan ke MMA: Langkah Awal yang Berat
Setelah memutuskan untuk pensiun dari judo, Ronda mulai berlatih di MMA pada tahun 2010. Pada awalnya, banyak orang meragukan kemampuannya untuk beradaptasi dengan olahraga yang jauh berbeda. MMA bukan hanya tentang teknik beladiri, tetapi juga melibatkan taktik, strategi, dan pertarungan dalam berbagai disiplin seperti gulat, tinju, dan Brazilian Jiu-Jitsu. Namun, semangat Ronda untuk belajar dan keteguhannya dalam berlatih tidak bisa dipandang sebelah mata.
Ronda memulai karier MMA-nya dengan cepat, menorehkan rekor yang luar biasa dalam waktu singkat. Ia pertama kali tampil di Strikeforce, salah satu promotor MMA terbesar pada saat itu, yang memfasilitasi pengembangan bakat wanita dalam olahraga ini. Ronda terkenal dengan keahlian armbar-nya yang sangat mematikan, yang akhirnya menjadi ciri khasnya. Dengan gaya bertarung yang agresif dan kemampuan untuk mengakhiri pertandingan dengan cepat, Ronda langsung menarik perhatian dunia MMA.
Dominasi di UFC: Menjadi Ikon
Pada tahun 2012, Ronda Rousey membuat langkah besar dalam karier MMA-nya dengan menandatangani kontrak bersama UFC (Ultimate Fighting Championship), organisasi MMA terbesar di dunia. Ketika Ronda memasuki UFC, wanita belum diberi kesempatan untuk bertarung di arena utama. UFC pada saat itu tidak memiliki divisi wanita, dan banyak yang meragukan apakah MMA wanita akan berhasil di panggung besar.
Namun, Ronda dengan cepat membuktikan bahwa mereka salah. Pada 23 Februari 2013, dia menjadi juara wanita UFC pertama dengan mengalahkan Liz Carmouche dalam pertandingan yang bersejarah. Dalam kemenangan itu, Ronda mempertahankan gelar juaranya dengan armbar yang sudah menjadi ciri khasnya. Dengan kecepatan yang luar biasa, dia meraih gelar dan dengan segera memulai dominasi yang tak terbantahkan di divisinya.
Ronda mengukir rekor luar biasa dengan mempertahankan gelar juaranya selama lebih dari 3 tahun. Dalam masa kejayaannya, Ronda memegang gelar juara bantamweight wanita UFC dan mencetak kemenangan-kemenangan spektakuler atas lawan-lawannya, termasuk Miesha Tate, Sara McMann, Cat Zingano, dan Holly Holm. Kecepatannya dalam mengakhiri pertarungan, sering kali hanya dalam hitungan detik atau menit, membuatnya dikenal sebagai “The Baddest Woman on the Planet.”
Namun, meski ia tampil hampir tak terkalahkan, perjalanan Ronda tidaklah mulus. Setiap juara pasti menghadapi tantangan besar, dan bagi Ronda, itu datang pada 15 November 2015.
Kejatuhan dan Kebangkitan
Pada malam yang akan diingat oleh banyak orang, Ronda Rousey kalah dari Holly Holm di UFC 193. Kekalahan ini mengejutkan banyak orang karena Ronda tak pernah kalah sebelumnya, dan Holly Holm dianggap sebagai underdog dalam pertandingan tersebut. Holly Holm, yang dikenal sebagai petinju profesional dengan tangan yang kuat, berhasil menjatuhkan Ronda dengan tendangan kepala yang luar biasa, dan akhirnya meraih kemenangan melalui keputusan TKO.
Kekalahan ini bukan hanya mengguncang dunia MMA, tetapi juga mengguncang Ronda secara pribadi. Selama berbulan-bulan, Ronda menghindari publikasi dan menghabiskan banyak waktu untuk meresapi kekalahannya. Namun, Ronda menunjukkan bahwa ia adalah seorang juara sejati dengan cara ia bangkit kembali. Ia memutuskan untuk mengambil waktu yang cukup untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya dan berlatih keras untuk kembali ke puncak.
Pada 30 Desember 2016, Ronda kembali ke octagon untuk berhadapan dengan Amanda Nunes di UFC 207. Sayangnya, Ronda harus mengalami kekalahan lagi, kali ini dengan TKO dalam waktu yang singkat. Kekalahan ini menandai akhir dari era dominasi Ronda di UFC, dan ia mengumumkan pensiun dari MMA setelah itu.
Transisi ke Dunia Lain: WWE dan Kehidupan Setelah MMA
Setelah pensiun dari MMA, Ronda memutuskan untuk mengejar impian lamanya di dunia gulat profesional. Pada 2018, ia bergabung dengan WWE (World Wrestling Entertainment) dan menjadi bintang utama dalam acara-acara besar mereka. Keputusan ini sempat menuai pro dan kontra, tetapi Ronda mampu menyesuaikan diri dengan cepat. Ia tidak hanya membawa keahliannya dalam pertarungan fisik, tetapi juga kemampuan akting yang kuat, yang membuatnya menjadi salah satu bintang paling populer di WWE.
Karier Ronda di WWE menunjukkan bahwa ia mampu bertransformasi dan mencapai kesuksesan di dunia hiburan lain, meski ia meninggalkan dunia MMA yang telah membesarkan namanya. Di WWE, Ronda juga memenangkan berbagai gelar, termasuk WWE Raw Women’s Championship.
Legacy dan Dampak Ronda Rousey
Ronda Rousey tidak hanya terkenal karena kemampuan bertarungnya, tetapi juga karena dampaknya yang mendalam pada olahraga MMA. Sebelum kedatangan Ronda, MMA wanita berada di bayang-bayang dan belum dianggap sebagai olahraga yang serius oleh sebagian besar masyarakat. Tetapi setelah Ronda memasuki UFC, dia membuktikan bahwa wanita dapat bertarung di level tertinggi dan menjadi bintang besar.
Ronda membuka jalan bagi banyak wanita di MMA, memberi mereka kesempatan untuk bersinar di atas ring dan mengejar impian mereka. Bahkan setelah pensiun dari UFC, pengaruh Ronda tetap terasa. Beberapa petarung wanita terkemuka yang kini ada di UFC, seperti Amanda Nunes, Valentina Shevchenko, dan Zhang Weili, berutang banyak kepada Ronda yang telah mengubah lanskap MMA wanita.
Selain itu, Ronda menjadi simbol keberanian, keteguhan hati, dan tekad. Dia mengajarkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tetapi justru bisa menjadi batu loncatan untuk sukses lebih besar. Meski perjalanan kariernya penuh liku-liku, Ronda Rousey akan selalu dikenang sebagai salah satu pelopor terbesar dalam sejarah MMA.
Perjalanan Ronda Rousey dari judo hingga UFC dan WWE adalah kisah transformasi yang luar biasa. Sebagai seorang atlet, ia telah meraih pencapaian yang tak terbantahkan dan menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Melalui kerja keras, ketekunan, dan kemauan untuk bangkit setelah kegagalan, Ronda telah membuktikan bahwa dia lebih dari sekadar seorang juara—dia adalah simbol kekuatan mental dan fisik, serta inspirasi bagi generasi baru atlet wanita.
Kebangkitan dan perjalanan Ronda Rousey adalah cerita tentang keberanian menghadapi tantangan, berani untuk berinovasi, dan tidak pernah berhenti mengejar impian, meskipun dunia mungkin meragukan kemampuan kita. Ronda adalah bukti hidup bahwa seorang juara sejati tidak hanya dikenal karena apa yang ia capai, tetapi juga karena cara ia menghadapinya saat terjatuh dan bangkit kembali.